michifugu: N's pissed face (Xenoblade 3 - N)
michifugu ([personal profile] michifugu) wrote2024-02-22 10:35 pm

Comiket sudah diabaikan oleh Otaku perempuan?

 


Akhir-akhir ini sempet liat diskurs menarik di space twitter jepang soal gimana Comiket sudah ditinggalkan oleh para Otaku perempuan. Awalnya diskurs ini ((kalau ga salah yah)) dimulai dari salah satu percetakan doujinshi yang sempat tweet kalau mereka kewalahan dengan mencetak doujin bulan ini karena banyak doujinka yang cetak buat Supacomi (Super Comic City yang dihost oleh Akaboo) dan Comiket (Comic Market) ditambah waktunya mepet (sama-sama Desember).

Dan mulailah banyak diskusi dari situasi tersebut , hal yang bikin menarik perhatian gue adalah gimana Comiket sudah bukan prioritas otaku perempuan di Jepang dan Akaboo jadi comiketnya buat para Otaku cewek di Jepang. Sebelumnya buat yang gak tau Akaboo itu apa, basically mereka kaya event organizer gitu yang nge-host Supacomi a.k.a Super Comic City dan hosting beberapa micro-segregated event yang fokusnya ke Fandom-only or Pair-only event (Contoh : Akaboo sempet ngehost Blue Lock-only event dan kalau ga salah buat pair-only event itu Tsukikoi-only event (pairing Tsukishima x Koito dari Golden Kamuy) for the sake of convenience gue bakal refer semua event yang dihost ama Akaboo kaya Supacomi, Pair-only event,dsb sebagai ”Akaboo” yah.

 

Dari yang gw baca alasan banyak Otaku cewek ninggalin comiket :

  • Comiket cenderung lebih fokus ke artist-artist populer yang notabene kebanyakan cater ke audiens laki-laki
  • Banyak corporate booth yang target audiensnya ke laki-laki
  • Harga booth yang mahal
  • Untuk artist yang niche bakalan susah dapet karena Comiket lebih fokus ke artist yang populer
  • Terlalu banyak audiens laki-laki yang dimana banyak otaku cewe merasa gak nyaman karena pernah distalk, digangguin, dsb
  • Banyaknya sirkel untuk IP yang audiensnya dominan ke laki-laki
  • Comiket losing its focus on women
  • Ngerasa kesulitan spend time di venue yang banyak laki-lakinya

Dari situ bisa kita liat kalau memang Comiket untuk akhir-akhir ini sepertinya kurang ”ramah” untuk ke audiens perempuan yang enjoy ke women-oriented media, oleh karena itu udah banyak otaku cewe yang hijrah ke Akaboo. Popularitas Akaboo sudah makin menaik dari tahun ke tahun dan sudah dirasakan sama para percetakan doujinshi tetapi puncaknya di tahun ini dimana para percetakan doujinshi merasa kewalahan karena jumlah submisi doujinshi ke Akaboo makin banyaaak banget terutama di bulan ini karena Akaboo dan Comiket juga hosting event di bulan yang sama yang sampe ngerasa ada ”dua Comiket” di bulan Desember.

Buat tau seberapa besar event Akaboo, di bulan desember kemarin Akaboo ngehost Dosen Rose FES 2023 yang diselenggarakan pada tanggal 17 Desember nah disana jumlah sirklenya itu 13.000 seats, dibandingkan dengan comiket yang sudah mencapai 26.000 seats. Itu wtf gede banget scalenya

Kenapa kok Akaboo bisa populer di kalangan otaku cewek? Why? How?

First, gak kaya Comiket, Akaboo dibentuk oleh beberapa koleksi X-only event (event yang terbatas pada genre, fandom, series dan ship tertentu). Rata-rata kultur otaku laki-laki cenderung ke omnivore jadi yah X-only event kaya gitu jarang banget ada untuk otaku cowok di jepang (ada sih tapi yang gue tau cuman Reitaisai, Touhou-only event). sedangkan budaya doujin Otaku cewe lebih fokus ke ”Segregation” sehingga style event yang di host oleh Akaboo cenderung lebih mudah diterima oleh Otaku perempuan di Jepang.

Kedua, di Akaboo kamu cukup daftar di event 3 bulan sebelumnya dan Akaboo punya perk dimana event mereka bisa diadakan beberapa kali gak kaya Comiket yang cuman 2x dalam setahun! dan juga punya batas deadline buat pendaftaran. Contohnya di Dosen Rose FES 2023 (17 Desember 2023) itu deadline pendaftarannya 27 Oktober (berarti kalau dihitung awal pendaftaran sekitaran bulan Agustus). Nah beda kaya Comiket, lu beli formulir pendaftaran untuk natsucomi (Summer Comiket) dan langsung siap-siap buat fuyucomi (Winter Comiket).

Terus tuh di Akaboo karena rata-rata fokusnya ke audiens cewe jadi gak ada ero doujin yang buat audiens laki-laki. terus Karena Comiket Desember ini pas-pasan dengan Obon Festival & liburan akhir tahun baru jadi bisa dipakai untuk silahturahmi ke keluarga. So it’s clear Akaboo is overwhelmingly easier for women to exhibit.

Makanya jumlah doujinshi aimed at women di Comiket itu menurun drastis banget. Contoh di C103 ini gak ada booth yang jual doujinshi buat ansuta (Ensemble Stars) dan Twisted Wonderland, dan jumlah sirkel soshage buat cewek cuman 0.5% aja.

Coba-coba kita liat perbandingannya yah


Ini jumlah booth yang ada di C103 (source)

Ini perbanding jumlah booth pas C87 tahun 2014 yang dimana banyak booth doujin untuk perempuan (source) untuk booth doujin khusus perempuan bisa liat di graphic bar warna merah. bisa dilihat perbandingannya di C103 derivative works based on manga di booth khusus cewe SEDIKIT banget.

Ini anomali mengingat sejarah Comiket, yang pertama digelar pas tahun 1975. 90% pesertanya adalah gadis SMP & SMA yang merupakan fans shojo manga. Bahkan dari Survei yang diadakan oleh Comiket untuk merayakan 35th anniversary pas tahun 2011. 60% partisipannya adalah perempuan.

Apa Efeknya?

Menurut opini yang gue baca di twitter yah, kalau di summary :

“Creator perempuan pergi dari Comiket tidak berdampak baik bagi perkembangan doujin culture. Karena salah satu kenikmatan ke Comiket bukan cuman dari beli karja doujin yang kita sukain aja tapi juga berjalan-jalan dan lihat berbagai macam karya yang ”unknown”. Contoh kalau otaku cewek menghilang dari Comiket itu apakah normal jika buku travel, kuliner, dan pengalaman yang ditulis dari perspektif wanita ga dijual lagi?”

Mungkin banyak yang bingung ama statemen terakhir tapi maksudnya itu kaya kalau misal creator & otaku cewe udah gk ada di comiket lagi, rasanya kaya ga sreg aja gitu karena pada dasarnya perempuan otaku merupakan bagian dari sub-kultur yang juga berkontribusi dalam dunia per-doujinan. They’re also one of reason comiket being big as it is today.

terus ada statemen yang menarik yang bilang ”kalau doujin kultur terlalu di-pisahin antara cewe dan cowok dapat menyebabkan hilangnya niche doujinshi yang mungkin dibeli dengan santai oleh orang-orang yang datang ke Comiket buat secondary creation”, inget dijepang salah satu comic con yang masih gede buat tempat rilis secondary creation gini yah cuma dicomiket (CMIIW) dan banyak komen yang bilang appealnya di comiket ini mereka bisa liat scene dan kultur fanbase sebelah itu kaya gimana dan bahkan ada yang tertarik dengan suatu series karena beli dojin doang loh!

Meski event exclusive gini ada perknya tapi yah kadang ada pengunjung yang lebih seneng dateng ke satu event biar bisa sekaligus beli semua doujin

kalau menurut gue sih ini mungkin karena ada perbedaan kultur dari otaku perempuan dan otaku laki yang dimana notabene otkau cewek lebih prefer ”segregated”, dan juga cowo otaku juga gagal buat menciptakan space yang nyaman untuk otaku cewek(bisa diliat dari keluhan otaku cewe yang ga nyaman karena banyak kasus diganggu,stalk,dsb). sebenernya ini juga karena kegagalan dari organizer comiketnya juga sih kaya gak terlalu balance banget buat attract partisipannya dan terlalu apa yah..sidelining partisipan perempuan.

Ada juga perspektif lain kaya ”otaku sekarang sudah beda dari otaku jaman dulu dan pengunjung comiket sekarang jauh lebih variatif dan banyak partisipan baru” ini juga statemen valid.

Mungkin ini juga faktor kenapa rata-rata doujinka BL favorit saya sekarang lebih sering ngebooth di akaboo www

ada juga komen netizen jepang yang bilang kalau kayanya creator dan artist terlalu terpaku ama comiket, dan perlu ada doujin/comic event lain sebagai alternatif buat comiket yang juga friendly ama derivative work dari series (COMITIA itu lebih ke karya original daripada secondary creation).

Sebenernya juga banyak yang kritik ama direksi Comiket yang sekarang terlalu ”corporatized” banget dan cuman jadi ajang tempat flex artist beken doang daripada ke semua creator dan niche doujinshi. tapi diskurs ini lumayan menarik dan I want to talk about this, karena kayanya banyak yang ga tau juga soal ini & malah banyak yang kurang tau juga soal Akaboo.

My post isnt good indicator for this topic karena gue juga dari asumsi sendiri dari transletan DeepL dan cuman surface level doang. but i hope there’s other people who delve to this topic because its interesting and touch the topic of the development of female otaku in doujin culture. What do you guys think?